Rasa ini selalu sama untukmu bu, semua tentang cinta dan ketulusan. Hal-hal yang tak akan pernah tampak sederhana untukku, tapi kau tulus dan menganggap semua sesederhana yang kau lihat.
Senja yang merona di ujung barat selalu jadi milik kita, untuk menggenapkan waktu menuju malam. Bukan begitu bu? Seperti itu kau untukku, kau senja untukku. Yang selalu menggenapkan kebahagiaanku. Fajar di ujung timur juga selalu jadi milik kita kan bu? Untuk menerbitkan sinar setelah gelap. Selalu itu yang kau bilang padaku, bahwa selalu ada harapan untuk apapun dalam hidup ini. Kau yang menerbitkan sinar ketika duniaku gelap.
Fajar itu selalu terasa hangat, seperti secangkir kopi di pagi hari, kau ingat itu bu? Kita selalu menikmatinya dengan tawa, menyesap kopi itu hingga tetes terakhir. Mengapa demikian bu? Mengapa semua hal terasa indah ketika bersamamu? Kau tahu bu, bahwa aku lebih suka duduk di sampingmu dan bercerita tentang apapun. Bagiku, hal ini berkali-kali lipat lebih menenangkan daripada alunan musik instrument favoritku.
Sudah kusangka dari dulu, bahwa kau bukan wanita biasa. Lihatlah aku bu, aku yang setiap hari selalu bersamamu, sampai detik ini masih saja mengagumimu. Berapa kata yang akan kugunakan untuk mengungkap semua rasa kagumku padamu? Seribu? Satu juta? Itu semua tak akan cukup.
Ketika air mata hadir di wajahku, kau yang menghapusnya dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa aku tidak lemah. Ketika mereka meragukanku bahkan ketika aku meragukan diriku sendiri, kau menguatkanku dan membuatku berdiri tegak lagi dengan segala cara yang kau mampu, dengan untaian doamu, dengan semangat darimu.
Aku suka mendengar tawamu, mendengar isi hatimu dan mendengar apapun yang ingin kau katakan, tapi satu hal yang tak pernah kudengar darimu, keluh kesah. Ya, keluh kesah itu tak pernah ada seakan hidup ini begitu mudah untukmu. Padahal aku yakin sekali kau pasti memiliki bagian hidup yang tak mudah. Tapi kau selalu menampakkan bahwa semua berjalan baik, tak ingin aku khawatir. Bu, aku ingin kau membagi dukamu padaku, membagi kekhawatiran yang ada di benakmu. Bagilah semuanya denganku bu, bukan hanya sukamu.
Ketika sesuatu terjadi padamu, percayalah bahwa aku adalah orang yang paling khawatir. Ketika hatimu sakit, aku sudah pasti lebih sakit. Bu....kau tahu kan bahwa aku sangat menyayangimu? Sangat....
Nabi Muhammad menyebut namamu 3 kali baru kemudian ayah. Kau pasti sudah tahu makna dari semua itu. Kau pasti tahu bahwa begitu mulianya seorang ibu. Tapi kau belum tahu kan? Bahwa aku juga ingin sekali memuliakanmu. Membuatmu tersenyum bahagia, membuatmu meraih apapun yang ingin kau raih. Semuanya bu, semua....
Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi yang terbaik untukmu. Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi yang kau banggakan. Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi wanita yang tak biasa sepertimu.
Senja yang merona di ujung barat selalu jadi milik kita, untuk menggenapkan waktu menuju malam. Bukan begitu bu? Seperti itu kau untukku, kau senja untukku. Yang selalu menggenapkan kebahagiaanku. Fajar di ujung timur juga selalu jadi milik kita kan bu? Untuk menerbitkan sinar setelah gelap. Selalu itu yang kau bilang padaku, bahwa selalu ada harapan untuk apapun dalam hidup ini. Kau yang menerbitkan sinar ketika duniaku gelap.
Fajar itu selalu terasa hangat, seperti secangkir kopi di pagi hari, kau ingat itu bu? Kita selalu menikmatinya dengan tawa, menyesap kopi itu hingga tetes terakhir. Mengapa demikian bu? Mengapa semua hal terasa indah ketika bersamamu? Kau tahu bu, bahwa aku lebih suka duduk di sampingmu dan bercerita tentang apapun. Bagiku, hal ini berkali-kali lipat lebih menenangkan daripada alunan musik instrument favoritku.
Sudah kusangka dari dulu, bahwa kau bukan wanita biasa. Lihatlah aku bu, aku yang setiap hari selalu bersamamu, sampai detik ini masih saja mengagumimu. Berapa kata yang akan kugunakan untuk mengungkap semua rasa kagumku padamu? Seribu? Satu juta? Itu semua tak akan cukup.
Ketika air mata hadir di wajahku, kau yang menghapusnya dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa aku tidak lemah. Ketika mereka meragukanku bahkan ketika aku meragukan diriku sendiri, kau menguatkanku dan membuatku berdiri tegak lagi dengan segala cara yang kau mampu, dengan untaian doamu, dengan semangat darimu.
Aku suka mendengar tawamu, mendengar isi hatimu dan mendengar apapun yang ingin kau katakan, tapi satu hal yang tak pernah kudengar darimu, keluh kesah. Ya, keluh kesah itu tak pernah ada seakan hidup ini begitu mudah untukmu. Padahal aku yakin sekali kau pasti memiliki bagian hidup yang tak mudah. Tapi kau selalu menampakkan bahwa semua berjalan baik, tak ingin aku khawatir. Bu, aku ingin kau membagi dukamu padaku, membagi kekhawatiran yang ada di benakmu. Bagilah semuanya denganku bu, bukan hanya sukamu.
Ketika sesuatu terjadi padamu, percayalah bahwa aku adalah orang yang paling khawatir. Ketika hatimu sakit, aku sudah pasti lebih sakit. Bu....kau tahu kan bahwa aku sangat menyayangimu? Sangat....
Nabi Muhammad menyebut namamu 3 kali baru kemudian ayah. Kau pasti sudah tahu makna dari semua itu. Kau pasti tahu bahwa begitu mulianya seorang ibu. Tapi kau belum tahu kan? Bahwa aku juga ingin sekali memuliakanmu. Membuatmu tersenyum bahagia, membuatmu meraih apapun yang ingin kau raih. Semuanya bu, semua....
Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi yang terbaik untukmu. Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi yang kau banggakan. Bu...aku anakmu, ingin sekali menjadi wanita yang tak biasa sepertimu.